Pemilih cerdas, menghasilkan Pemimpin berkuwalitas
Pemilih cerdas, menghasilkan Pemimpin
berkuwalitas
Penulis
: Danang Kurniawan
Mahasiswa
Ilmju Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Malang
Tinggal
hanya menghitung hari Pemilukada sebagai pesta demokrasi di daerah akan segera
dimulai, banyaknya poster dan spanduk dipinggir jalan serta tempat umum, secara tegas menandakan mulainya
kompetisi di tahun politik. Pemilukada
merupakan kebijakan negara dalam rangka menguatkan demokrasi tersebut di suatu
negara, berbicara soal Demokrasi ialah sebuah sistem yang lebih
menekankan masyarakat sebagai kunci utama dalam keberlangsungan sistem
tersebut, pelaksanaan demokrasi di indonesia telah menjadi investasi bagi
negara dan juga daerah, dapat dilihat melalui Pemilukada telah menghabiskan
biaya yang tidak sedikit, kendati guna
mewujudkan kedaulatan rakyat yang mampu melahirkan pemimpin berkwalitas, sehingga mampu membwa perubahan
yang lebih baik terhadap pembangunan daerah.
Akan
tetapi sampai saat ini investasi melalui Pemilukada tersebut belum memberikan dampak yang baik
terhadap daerah, malah tidak jarang
berdampak buruk bagi daerah itu sendiri, banyaknya kepala daerah yang membuat
kebijakan tidak berpihak kepada masyarakat, serta belum ditambah lagi fenomena
yang lebih ironis yakni kasus kepala daerah yang masuk dalam berbagai masalah
pidana akibat penyalahgunaan kewenangan bahkan sampai masuk dalam tahanan. Jika keadaan ini terjadi disetiap daerah, Jelas
investasi dalam pengorbanan anggaran tidak mendapatkan hasil yang baik sesuai
dengan harapan. Sejatinya kepala daerah
yang masuk dalam kasus tersebut mencerminkan kepala daerah yang tidak memiliki
kwalitas yang baik, serta cerminan pilihan pemimpin yang cetak oleh masyarakat
itu sendiri. Jika kepala daerah yang terpilih memiliki kwalitas yang baik,
tentunya tidak akan membuat kepala daerah masuk dalam kasus kasus pidana
tersebut.
Terwujudnya
kepala daerah yang berkwalitaslah yang seharusnya menjadi tugas serius bagi
masyarakat selaku pemilih, akan tetapi dalam praktik di daerah banyaknya faktor
yang dapat mempengaruhi hak pilih masyarakat sehingga guna menciptakan pemimpin
yang berkwalitas terhambat, faktor yang mulai dari faktor individu dan
lingkungan. Jika melihat secara faktor individu maka tidak dapat di samaratakan
disetiap individu, beragam pula hak pilih individu dalam mempertimbangkan
pilihan mereka, jika individu cerdas mereka akan memilih berdasarkan rasional,
yakni tidak asal dalam memilih bahkan individu ini mempunai pertimbangan yang
mendalam serta membuat indikator yang
digunakan untuk membandingkan secara pindividu calon kepala daerah tersebut
dengan melihat rekam jejak sebelumnya, dengan serta ditambah program yang
diusung melalui marketing politik(kampanye), guna harapan merekan mampu
menciptkan pemimpin yang berkwalitas untuk daerah, yang kedua individu yang
bertolak belakang dengan individu cerdas dalam menggunakan hak pilihnya, yakni
individu yang didasarkan pemilihan tidak menggunakan rasionalnya, mereka
membandingkan kandidat dalam menentukan pilihan didasarkan pada besaran uang
yang mereka dapat dari salah satu kandidat, individu ini merasa bahwa kandidat
memberikan uang paling banyak adalah mereka menandakan bersahabat dengan
masyarakat, bisa dibilang dengan sebutan dijawa Wani piro !!, jelas individu kurang cerdas inilah yang berdampak
pada terciptanya pemimpin yang kurang berkwalitas.
Inidividu
yang kurang cerdas inilah yang saat ini banyak berkembang di masyarakat di
daerah dikarenakan kurangnya pendidikan politik, tentunya juga menghambat
proses pemilukada dalam menciptakan pemimpin
yang berkwalitas. Jika dominasi pemilih kurang cerdas maka akan
melahirkan kepala yang tidak berkwalitas juga pula. melihat pemilukada
merupakan ajang kompetisi bagi para elit partai politik yang mengusung kandidat
masing masing, seperti partai politik yang ingin memenangi kompetisi
tersebut. Merka memanfaatkan pemilih
kurang cerdas yang masih ada di daerah, para kandidat calon kepala daerah
melalui partai politik yang tidak bertanggung jawab mereka tidak tinggal diam,
mereka mengambil kesempatan untuk menjadikan sumber dukungan dari individu
kurang cerdas tersebut yang dirasa jumlahnya mendominasi, banyak cara yang
kurang baik dilakukan oleh timsukses mereka dari, bagi bagi uang, sembako yang
dapat mendapatkan suara dengan mudah, melihat pemilukada merupakan ajang
kompetisi bagi para elit politik, seperti partai politik yang ingin memenangi
kompetisi tersebut.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus